Menghindari Perbuatan Dusta adalah Ciri Puasa Ramadhan diterima, meraih kesempurnaan puasa, tidak cukup hanya dengan meninggalkan makan dan minum atau pun meninggalkan hubungan suami isteri di siang hari,
Menghindari Perbuatan Dusta adalah Ciri Puasa Ramadhan diterima
Jika ada yang seseorang bertanya, sudah berapa kalikah anda berpuasa Ramadlan? Tentu pertanyaan ini kita bisa menjawabnya dengan hitungan jari yang sederhana. Akan tetapi, jika pertanyaan tersebut diteruskan, apa hasilnya puasa anda selama itu? Pertanyaan sepele ini, biasanya kita sangat sulit menjawabnya. Kenapa bisa seperti itu?Karena jika dibandingkan dengan hikmah dan fadilah yang ditawarkan Bulan Ramadlan, rasanya terlalu kecil dan sedikit apa yang telah kita capai selama ini. Revolusi kejiwaan yang semestinya terjadi setelah kita berpuasa sebulan penuh hingga puluhan kali Ramadlan, masih juga belum kunjung tercapai. Yang terjadi justru hanyalah sebatas rutinitas tahunan, dimana pada siang hari kita menjauhkan diri dari makanan dan minuman, tetapi yang terjadi tidak lebih dari sekedar menahan lapar dan haus.
Baca juga: Sejarah MWC NU Jepara Kota Tahun 1975
Padahal dalam berpuasa yang sempurna, selain menahan lapar dan haus di siang hari, kita harus pula menjaga semua indra, yaitu lisan, mata, telinga, dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan tercela. Misalnya menghindarkan diri dari berkata atau mendengarkan ucapan kotor, kasar ataupun ucapan bohong yang kini desebut dengan "hoax".
Juga menjaga lisan dari segala perkataan yang bisa menyakiti hati orang, dan dari perbuatan tercela lainnya, seperti ghibah/menggunjing, mengadu domba dan memfitnah dan meninggalkan pula orang yang sedang menggunjing apalagi memfitnah, karena orang yang menggunjing dan yang mendengarkan gunjingannya, sama nilai dosanya. Jadi kita hanya berkata yang baik dan benar, atau diam saja.
Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi Shallallahu alayhi wasallam bersabda sebagai berikut:
اذاكان- يوم صوم- احدكم- فلا يرفث- ولا يصخب- فان سابه احد -اوقاتله -فليقل- انى صائم.
"Apabila ada seorang dari kalian itu berpuasa, maka hendaknya janganlah ia mengucapkan kata-kata yang kotor dan janganlah berteriak-teriak. Jika ia dicaci-maki oleh orang atau pun diajak berkelahi, maka hendaknya ia berkata: Aku ini sedang berpuasa".(H.R. Bukhari-Muslim, dari Abi Hurairah rodliyalloohu 'anhu).
Nabi Shallallahu alayhi wasallam juga berkata:
من لم يدع- قول الزور- والعمل به- فليس لله حاجة -فى ان يدع -طعامه -وشرابه.
"Siapa yang tidak meninggalkan/menjauhi perkataan dusta dan juga perbuatan dusta, maka Allah Ta'ala tidak butuh/mengakui atas usahanya dalam menahan makan dan minumnya (lapar dan hausnya). (H.R Bukhari, dari Abi Hurairah rodliyalloohu 'anhu).
Baca Juga: Dasar Berdirinya NU di Indonesia
Apa Maksud dari Perkataan Dusta? dan Perbuatan Dusta?
Makna "perkataan dusta" dalam hadis tersebut adalah perkataan-perkataan bohong. Sementara "perbuatan dusta" adalah merupakan perbuatan yang melakukan tindakan-tindakan yang mengandung suatu kebohongan, seperti misalnya orang yang berpenampilan gembel dan mengemis, ternyata dia memiliki rumah tingkat dan mobil mengkilat, atau contoh lain yang sering terjadi akhir-akhir ini adalah berpenampilan seperti layaknya orang-orang alim nan sholeh, ternyata ia bukanlah dari golongan mereka (alim dan sholeh).
Jadi untuk meraih kesempurnaan puasa, tidak cukup hanya dengan meninggalkan makan dan minum atau pun meninggalkan hubungan suami isteri di siang hari, tetapi harus pula meninggalkan perbuatan-perbuatan seperti tersebut diatas. Hal yang perlu dicatat adalah Berpuasa bagi orang yang memang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, meski puasanya itu sah, tetapi ia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari puasanya selain hanyalah rasa lapar belaka sebagaimana disabdakan Nabi Shallallahu alayhi wasallam :
رب صائم- ليس له- من صيامه- الا الجوع.
"Berapa banyak orang-orang yang telah berpuasa, tidak mendapatkan [pahala] dari puasanya selain hanyalah rasa lapar dan dahaga. (H.R. Ibnu Majah, dari Abi Hurairah rodliyalloohu 'anhu)
COMMENTS