Haul Mbah Dullah Balekambang Jepara setiap 10 Ramadhan. mbah Dullah min ba’dhil auliya (Mbah Dullah adalah salah satu dari Walinya Allaah)
Ada banyak kisah dari ulama Balekambang Mayong Jepara ini. apalagi yang cerita adalah murid dari ulama karismatik. Ya, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya yang cerita di sebuah panggung dimana-mana. Apalagi ia cerita ketika diundang untuk memberikan mauidhoh hasanah di Kabupaten Jepara.
Cerita yang dibawakan habib tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memberi pelajaran kepada para jamaah bahwa ia pernah berguru kepada beliau. Sambil habib mengenang gurunya, KH. Abdulloh Hadziq Balekambang, Mayong Jepara. Habib menyebutnya dengan Mbah Dullah – (sebutan dari KH. Abdulloh Hadziq Balekambang) - habib menyebutnya dengan perkataan bahwa mbah Dullah min ba’dhil auliya (Mbah Dullah adalah salah satu dari Walinya Allaah). mengapa demikian habib bicarakan?
Ya karena habib tahu sendiri bahwa tingkah laku sehari-harinya mbah Dullah tidak menunjukkan seorang ulama besar. Beliau ini (mbah Dullah) mempunyai kegiatan yang rutin yaitu setiap pagi pergi ke pasar memakai topi laken (biasa) dan juga hanya mengenakan celana selayaknya orang kampung (warga) biasa. Ke pasarnya adalah untuk belanja berbagai keperluan rumah dan para santrinya di pondok pesantren Balekambang.
Mbah Dullah adalah seorang yang alim allaamah, hal ini dikarenakan beliau pernah belajar di tanah arab, Makkah, selama 12 tahun. Mbah Dullah sendiri mengaji dengan Syaich Nahrowi, Syaich Dimyati, Syaich Mahfudz at Turmusy dan juga para ulama besar di haramain lainnya. Pengalaman habib sendiri diceritakan bahwa habib mendapatkan sanad keilmuan dari Mbah Dullah saat mengaji kitab Alfiyah dan Umrity. kedua kitab tersebut diperoleh dari gurunya yaitu dari Syaich Mahfudz at Turmusiy dan Syaich Dimyati. Hal itu diberikan langsung dan diijazahkannya kepada dirinya, Habib Luthfi yahya.
Pernah habib bercerita dan menirukan pesan dari mbah Dullah, yaitu "Gadhah Donya Tapi Atine kui Ora Kumanthil Marang Donya". Inilah ngendikan (nasehat) kepada habibana Luhtfi yahya. Nasehat ini maknanya adalah zuhud. zuhud dalam arti tidak cinta dunia padahal ia memilikinya. inilah salah satu ilmu yang diwariskan kepada muridnya.
Mbah Dullah (KH. Abdullah Hadziq) adalah generai pertama dari Ponpes Balekambang yang didirikan oleh pendirinya yaitu ayahnya, mbah KH Hasbulloh. Mbah Dullah merupakan kyai yang sederhana dan dikenal dari berbagai kalangan dengan sebuat kyai yang wira'i dan zuhud. Sikap Kezuhudan dari seorang kyai kampung, mbah Dullah ini menjadikan hidupnya menjadi sederhana, bahkan ketika dilihat orang seperti orang yang tidak mampu.
Salah satu santrinya mbah Dullah, Saad, menceritakan bahwa masyarakat mengenal mbah Dullah adalah seorang kyai sekaligus Wali, namun Mbah Dullah dak mau dipanggil Kyai atau pun wali. ia maunya dipanggil Mbah saja atau Mbah Dullah saja. Dan beliau wafat bertepatan dengan tanggal 10 Ramadhan di tahun nasional 1985. pada hari Jumat. Wasiat dari mbah Dullah kepada para santrinya adalah agar makamnya nanti tidak dikijing (dibangun dengan bangunan permanen) dan apabila diselenggarakan haul, maka hanya dengan khataman Al-Qur'an saja. Inilah sepenggal kisah kesederhanaan Ulama dari Kota Jepara.
Dari kisah ini, ada hikmah dan ilmu bahwa kita ini harus bener cinta kepada ilmu. dan diamalkan ilmu tersebut. Harus belajar akhlak dengan akhlak yang baik, puncaknya adalah ta'dhim kepada para ulama terdahulu. Karena pada dasarnya pendidikan pesantren adalah pendidikan akhlak dan agama.
------------
Habib Luthfi juga dijadikan guru oleh Mbah Dullah Balekambang. Walaupun Habib Luthfi ini pernah nyantri sama Mbah Dullah selama dua tahun di Ponpes Balekambang (tahun 1961). Saat itu habib berusia 13 tahun. Namun demikian, Habib Luthfi adalah mursyid thoriqoh Mbah Dullah. Bagaimana ceritanya?
Cerita ini kami dapatkan dari LTNU Jepara yang menceritakan bahwa Habib Luthfi adalah Mursyid Thoriqoh Mbah Dullah. Beginilah Ceritianya:
Mbah Dullah ketika mau bai’at thoriqoh kepada gurunya Syaikh Nahrowi al-Makky dan Syaikh Mahfudz atTarmasiy, akan tetapi ia tidak langsung diijinkan untuk berthoriqoh. Mbah Dullah diberitahu oleh Syaikh Nahrawi, bahwasannya mursyid thariqoh mbah Dullah itu belum lahir dan masih di kandungan. Mbah Dullah diberi pesan bahwa Guru Mursyidnya adalah cucu dari alHabib Hasyim bin ^Umar bin Thoha bin Yahya. Mbah Dullah pun mencari nya sampai di Pekalongan terdapat Bani Yahya. Sehingga Mbah Dullah memberanikan diri untuk silaturrohim dengan Habib Hasyim.
Atas perintah gurunya, Mbah Dullah mengutarakan tujuannya kepada Habib Hasyim. sehingga dipanggil-lah putra Habib Ali bin Yahya yang istrinya baru mengandung, dan habib hasyim memberi Muhammad Luthfi setelah lahir. Saat itu, Mbah Dullah berpesan agar putranya nanti kalo sudah mukallaf akan dimomong olehnya di ponpes Balekambang walaupun sebentar. Saat usi habib Luthfi baligh, Habib mondok di balekambang Jepara, dan akhirnya mbah Dullah benar benar berbai'at thoriqoh kepada Habib Luthfi.
Cerita yang dibawakan habib tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memberi pelajaran kepada para jamaah bahwa ia pernah berguru kepada beliau. Sambil habib mengenang gurunya, KH. Abdulloh Hadziq Balekambang, Mayong Jepara. Habib menyebutnya dengan Mbah Dullah – (sebutan dari KH. Abdulloh Hadziq Balekambang) - habib menyebutnya dengan perkataan bahwa mbah Dullah min ba’dhil auliya (Mbah Dullah adalah salah satu dari Walinya Allaah). mengapa demikian habib bicarakan?
Ya karena habib tahu sendiri bahwa tingkah laku sehari-harinya mbah Dullah tidak menunjukkan seorang ulama besar. Beliau ini (mbah Dullah) mempunyai kegiatan yang rutin yaitu setiap pagi pergi ke pasar memakai topi laken (biasa) dan juga hanya mengenakan celana selayaknya orang kampung (warga) biasa. Ke pasarnya adalah untuk belanja berbagai keperluan rumah dan para santrinya di pondok pesantren Balekambang.
Mbah Dullah adalah seorang yang alim allaamah, hal ini dikarenakan beliau pernah belajar di tanah arab, Makkah, selama 12 tahun. Mbah Dullah sendiri mengaji dengan Syaich Nahrowi, Syaich Dimyati, Syaich Mahfudz at Turmusy dan juga para ulama besar di haramain lainnya. Pengalaman habib sendiri diceritakan bahwa habib mendapatkan sanad keilmuan dari Mbah Dullah saat mengaji kitab Alfiyah dan Umrity. kedua kitab tersebut diperoleh dari gurunya yaitu dari Syaich Mahfudz at Turmusiy dan Syaich Dimyati. Hal itu diberikan langsung dan diijazahkannya kepada dirinya, Habib Luthfi yahya.
Pernah habib bercerita dan menirukan pesan dari mbah Dullah, yaitu "Gadhah Donya Tapi Atine kui Ora Kumanthil Marang Donya". Inilah ngendikan (nasehat) kepada habibana Luhtfi yahya. Nasehat ini maknanya adalah zuhud. zuhud dalam arti tidak cinta dunia padahal ia memilikinya. inilah salah satu ilmu yang diwariskan kepada muridnya.
Mbah Dullah (KH. Abdullah Hadziq) adalah generai pertama dari Ponpes Balekambang yang didirikan oleh pendirinya yaitu ayahnya, mbah KH Hasbulloh. Mbah Dullah merupakan kyai yang sederhana dan dikenal dari berbagai kalangan dengan sebuat kyai yang wira'i dan zuhud. Sikap Kezuhudan dari seorang kyai kampung, mbah Dullah ini menjadikan hidupnya menjadi sederhana, bahkan ketika dilihat orang seperti orang yang tidak mampu.
Salah satu santrinya mbah Dullah, Saad, menceritakan bahwa masyarakat mengenal mbah Dullah adalah seorang kyai sekaligus Wali, namun Mbah Dullah dak mau dipanggil Kyai atau pun wali. ia maunya dipanggil Mbah saja atau Mbah Dullah saja. Dan beliau wafat bertepatan dengan tanggal 10 Ramadhan di tahun nasional 1985. pada hari Jumat. Wasiat dari mbah Dullah kepada para santrinya adalah agar makamnya nanti tidak dikijing (dibangun dengan bangunan permanen) dan apabila diselenggarakan haul, maka hanya dengan khataman Al-Qur'an saja. Inilah sepenggal kisah kesederhanaan Ulama dari Kota Jepara.
Dari kisah ini, ada hikmah dan ilmu bahwa kita ini harus bener cinta kepada ilmu. dan diamalkan ilmu tersebut. Harus belajar akhlak dengan akhlak yang baik, puncaknya adalah ta'dhim kepada para ulama terdahulu. Karena pada dasarnya pendidikan pesantren adalah pendidikan akhlak dan agama.
------------
Habib Luthfi juga dijadikan guru oleh Mbah Dullah Balekambang. Walaupun Habib Luthfi ini pernah nyantri sama Mbah Dullah selama dua tahun di Ponpes Balekambang (tahun 1961). Saat itu habib berusia 13 tahun. Namun demikian, Habib Luthfi adalah mursyid thoriqoh Mbah Dullah. Bagaimana ceritanya?
Cerita ini kami dapatkan dari LTNU Jepara yang menceritakan bahwa Habib Luthfi adalah Mursyid Thoriqoh Mbah Dullah. Beginilah Ceritianya:
Mbah Dullah ketika mau bai’at thoriqoh kepada gurunya Syaikh Nahrowi al-Makky dan Syaikh Mahfudz atTarmasiy, akan tetapi ia tidak langsung diijinkan untuk berthoriqoh. Mbah Dullah diberitahu oleh Syaikh Nahrawi, bahwasannya mursyid thariqoh mbah Dullah itu belum lahir dan masih di kandungan. Mbah Dullah diberi pesan bahwa Guru Mursyidnya adalah cucu dari alHabib Hasyim bin ^Umar bin Thoha bin Yahya. Mbah Dullah pun mencari nya sampai di Pekalongan terdapat Bani Yahya. Sehingga Mbah Dullah memberanikan diri untuk silaturrohim dengan Habib Hasyim.
Atas perintah gurunya, Mbah Dullah mengutarakan tujuannya kepada Habib Hasyim. sehingga dipanggil-lah putra Habib Ali bin Yahya yang istrinya baru mengandung, dan habib hasyim memberi Muhammad Luthfi setelah lahir. Saat itu, Mbah Dullah berpesan agar putranya nanti kalo sudah mukallaf akan dimomong olehnya di ponpes Balekambang walaupun sebentar. Saat usi habib Luthfi baligh, Habib mondok di balekambang Jepara, dan akhirnya mbah Dullah benar benar berbai'at thoriqoh kepada Habib Luthfi.
COMMENTS